Cara Menyikapi Kegagalan


Jika gagal, bagaimana menyikapinya ?

Kegagalan memang menyakitkan. Tak seorang pun ingin gagal.
Tapi tak ada satupun di antara kita yang mampu menolak kegagalan.
Kita hanya bisa menyiasati dengan cara mengantisipasi
bagaimana agar tidak gagal untuk kedua kali.

Orang-orang yang karirnya sukses tak pernah ia merisaukan kegagalannya.
Mereka menganggap kegagalan itu soal biasa.
Hidup kadang-kadang menang dan sekali waktu kalah.
Itu sudah wajar. Jika kita gagal meraih hal atau sesuatu,
Maka angan terlalu dipikirkan.
Jangan dibesar-besarkan agar tidak menimbulkan lemah semangat.
Perlu ditanamkan dalam hati,
bahwa kegagalan hanyalah cara berpikir saja.
Jika kegagalan itu kita angggap sebagai sesuatu yang menyakitkan,
Maka kita akan sangat menderita.
Sebaliknya,
jika kita menilai kegagalan secara wajar-wajar saja,
maka di kemudian hari kita pasti berhasil.

Janganlah mencari kambing hitam jika kita gagal meraih hal atau sesuatu.
Salahkan diri kita sendiri.
Penyebab kegagalan yang kita terima dimungkinkan beberapa faktor.
Kita harus memeriksa kembali, apa yang masih kurang.
Mungkin ada kelemahan atau kesalahan yang kita perbuat.
Atau kita tidak menyadari
bahwa diri kita memiliki kekurangan dari berbagai segi.

Pandanglah bahwa kegagalan adalah sesuatu yang alamiah,
karena semua orang pernah merasakan pahitnya.
Janganlah hanya karena sekali atau dua kali gagal
meraih hal atau sesuatu, lalu kita patah semangat.
Seharusnya kegagalan itu
kita jadikan sebagai pendorong dalam mencapai keberhasilan.
Setiap ada kegagalan, di dalamnya tersimpan hikmah;
tersimpan sesuatu yang baik.
Justru jika takut gagal, maka selamanya tak akan kita berhasil.
Mengapa begitu ?
Karena kita selalu dicekam kekhawatiran.

Kegagalan dan kesengsaraan itu merupakan guru yang paling keras.
Tetapi sangat baik.
Ia bekerja untuk kepentingan kita dan kepentingan orang-orang
yang memahami makna dari kegagalan.
Demikian menurut pakar psikologi William Bolithy.
Dikatakannya, guru yang paling keras dan kejam
biasanya akan dapat mengantarkan murid-muridnya
kepada sukses yang sangat gemilang.
Tentunya murid yang sukses adalah mereka yang bertahan
dalam menghadapi kekerasan.
Yang terpenting di dunia ini
bukanlah mengumpulkan keuntungan-keuntungan.
Tetapi yang paling utama adalah
apakah kita bisa mengambil keuntungan dari kegagalan yang kita alami.
Ini memerlukan kecerdasan.
Disinilah letak perbedaan yang cerdas dan yang bodoh.
Bahkan John R. Rocker memandang bahwa kegagalan
Akan membuahkan kekayaan jika kita mau menghadapi
dan belajar dari sana.
Lebih lanjut dikatakannya, "Kekayaan merupakan wujud
dari kegagalan-kegagalan yang telah dapat diatasi.
Tanpa kegagalan yang bertubi-tubi, kekayaan tak mungkin dapat dinikmati."

Jika menemui kegagalan, janganlah larut dalam kekecewaan.
Gagal mendapatkan hal atau sesuatu memang menyakitkan.
Tapi janganlah hal itu kita besar-besarkan.
Mulai saat ini kita berharap akan mengubah
kegagalan itu menjadi keberhasilan.
Janganlah kenyataan "pahit" itu berlarut-larut menyiksa hati.
Kita jangan menilai kegagalan itu sesuatu yang menyakitkan.
Tapi kita harus mengangggap
kegagalan itu sesuatu yang memalukan.
Tidak malu kepada orang lain,
Tetapi harus malu kepada diri sendiri.
Orang bilang, malu kepada diri sendiri adalah kritik diri.
Jika kita sudah mampu mengkritik diri sendiri,
maka akan tampaklah sejauh mana kekurangan-kekurangan yang ada.
Lalu kita kan mempunyai dorongan untuk memperbaikinya.
Kegagalan meraih hal atau sesuatu yang kita harapkan
hanya karena faktor kelemahan yang kita miliki.
Kelemahan itu bisa diperbaiki.
Kekurangan diri dapatlah disempurnakan.

Kegagalan tidak perlu diratapi dan disesali.
Tetapi harus dicari penyebabnya.
Inilah cara yang jitu dan akan dapat menghindari kegagalan
untuk kedua kalinya.
Cara ini diterapkan hampir semua perusahaan.
Jika perusahaan atau organisasi gagal dalam mencapai tujuan,
mereka selalu mencari kelemahan-kelemahannya.
Kegagalan yang telah diderita akan dianalisa.
Dari analisa itulah akhirnya diketahui celah-celah
atau kekurangan yang menyebabkan kegagalan. 
Sebenarnya cara ini tidak hanya diterapkan
oleh sebuah organisasi atau perusahaan.
Kita pun harus berbuat demikian,
menyelidiki, menganalisa, dan memikirkan
apa yang menjadi penyebab kegagalan.
Syarat untuk menemukan penyebab kegagalan ialah
jangan bingung atau panik.
Berpikirlah yang tenang dan lepaskan diri
Dari perasaan emosional yang meledak-ledak.

Sadarilah bahwa perjalanan hidup masih panjang.
Jarak antara kita dengan Keberhasilan begitu jauh
yang dipisahkan dengan batas yang disebut rintangan.
Untuk bisa meraih keberhasilan tersebut,
maka terlebih dahulu harus kita mengalahkan rintangan itu.
Ibaratkan diri kita ini seorang musafir yang hendak mencapai gunung emas.
Di tengah perjalanan, banyak sekali resiko yang menghalang-halangi.
Jika kita patah semangat, pastilah akan kembali sebelum
mencapai tujuan.

Kegagalan merupakan sesuatu yang mengerikan dan menyakitkan.
Kalimat ini berkali-kali kita jumpai.
Tetapi kegagalan akan dapat mengantarkan kita pada
suatu kehidupan yang bahagia.
Ini jika kita mampu memanfaatkan sebaik mungkin.
Itulah sebabnya orang-orang yang berjiwa kerdil selalu gagal
jika melakukan suatu rencana besar.
Penyebabnya karena mereka tidak tahan menghadapi
cobaan dan kegagalan.
Sebaliknya orang yang berpikir jernih dan berjiwa besar
seringkali berhasil daripada gagal.
Mereka ini juga pernah gagal tetapi
mampu mencari penyebab kegagalannya.
Golongan orang-orang yang penuh dengan inovasi ini
mampu menjinakkan kegagalan.
Kalau pun gagal,
maka dengan kegagalannya itu dia berpacu mencapai keberhasilan.
Semangat barunya akan tumbuh manakala ia selesai tumbang.

Dr. Paul Hauck dalam bukunya "The Amazing Results of positive Thingking"
menulis demikian: perasaan lesu itu mula-mula datang setelah
kita sedikit melakukan usaha.
Kita berusaha sedikit waktu, menjadi lesu dan
Dengan mudahnya kita meningggalkan pekerjaan itu.
Tapi Tuhan membentuk dalam diri kita tenaga cadangan yang luar biasa,
yang dapat kita peroleh bila kita mau menyelam guna menggapainya.
Berikanlah sedikit lagi usaha. Hanya semacam gerigi pada mesin mobil yang
menghasilkan daya dorong tambahan jika kita membutuhkannya.
Hanya dengan cara menekannya lebih keras sedikit.
Kepribadian kita juga dibangun atas bentuk yang hampir sama.
Tekanlah kuat-kuat pada pedal gas,
maka tenaga ekstra akan muncul keluar.
Kita jarang mengeluarkan tenaga ekstra yang bisa menyusup
sampai melebihi batas lapisan kelesuan,
tenaga istimewa yang belum tersalurkan ini akan muncul dengan sendirinya
jika kita memiliki niat dan semangat yang gigih serta pantang menyerah.
Jika kita melakukannya,
maka akan mendapatkan hasil yang mengejutkan.

Tulisan di atas dapat digaris-bawahi,
bahwa bila kita patah semangat
karena setengah-setengah dalam berpikir dan berusaha.
Akibatnya, jika menemui kegagalan kita enggan bangkit lagi.
Kita menjadi trauma dan takut menghadapi
kegagalan yang akan menimpa kembali pada diri kita.

Sekali lagi yang perlu diingat, jika kita gagal,
maka carilah kekurangan-kekurangan yang ada pada diri kita sendiri.
Kemudian bangkit kembali.
Tentu kita akan berbeda dengan saat-saat sebelumnya.
Kita akan lebih mantap dalam menghadapi hidup ini.
InsyaAllah.....

Beri Aku Nasehat


Beri Aku Nasihat


Oh Tuhan

Pagi ini aku menerima sebuah pesan dalam telepon genggamku dari seorang sahabat, “Saudaraku, beri nasihat untukku hari ini …” Aku sempat tertegun membacanya, sambil menghela nafas kata-kata itu seperti menembus relung terdalam bathinku yang sedang berteriak keras, bahwa sejujurnya disaat ini akulah yang seharusnya lebih banyak mengirimkan pesan semacam itu kepada semua sahabat, saudaraku dimana saja.

Sungguh aneh rasanya jika ada orang yang enggan menerima nasihat, dan lebih aneh lagi jika ternyata ada orang yang gemar berkata-kata tanpa banyak menggunakan telinganya untuk mendengarkan orang lain. Dilihat dari struktur indera yang kita miliki, seharusnya setiap manusia sadar bahwa keberadaan dua telinga yang ditempatkan Allah di kanan dan kiri manusia agar dapat menangkap setiap pesan dan masukan lebih banyak. Bukan sebaliknya, menutup telinga rapat-rapat sementara membuka mulut dengan lebar sambil mengeluarkan banyak kata. Fitrah dan kodratnya demikian.

Allah ciptakan mulut dengan dua katup bibir yang bisa bergerak menutup dan membuka agar manusia bisa mengerti kapan waktunya diam dan kapan waktunya bicara. Dua bibir itu pula yang seharusnya mengontrol gerak lidah yang letaknya didalam rongga mulut. Sudah jelas, jika bibir tidak terbuka maka lidah pun tidak akan bergerak sehingga tak ada kata-kata yang keluar. Sedangkan Dia ciptakan sepasang telinga dengan cuping yang lebar tanpa kemampuan bergerak menutup dan selamanya terbuka. Tentu saja, karena Allah menginginkan kita terus menerus memasang telinga ini untuk mendengar, filterisasinya hanya ada di otak manusia yang menyeleksi apakah setiap pesan yang masuk akan diteruskan ke hati, mata da indera lainnya atau tidak.

Paul Madaule, Direktur The Listening Centre di Toronto dalam bukunya Earobics, mengatakan bahwa otak bekerja lebih cepat daripada lidah, dimana otak menerima masukan lebih banyak dari mendengar dan melihat (dua telinga dan dua mata). Ini menyadarkan kita, bahwa kecil kemungkinan orang belajar dari kata-katanya sendiri. Lagi pula biasanya lidah akan bekerja jika otak sudah menerima input dari indera yang lain. Tentu saja, jika ada orang yang berbicara tanpa bekal masukan dari otak (sebelumnya dari telinga dan mata), kita fahami bahwa apa yang keluar darinya tidak lebih dari sekedar bualan belaka, nyaris tanpa makna.

Di halaman lain buku tersebut, Paul malah menegaskan bahwa dengan mengefektifkan pendengaran, seseorang bisa mendapatkan energi baru, arah dan fokus untuk membantunya menemukan motivasi kuat dalam langkah-langkah selanjutnya. Sekali lagi kita mendapatkan pelajaran, bahwa jika mau disadari pada saat kita berbicara yang kita harapkan adalah orang lain memusatkan perhatiannya sehingga menemukan energi baru dari kata-kata yang kita keluarkan. Lalu kenapa tidak kita yang melakukan proses mendengar itu?

Oleh karenanya, kepada sahabat yang pagi ini mengirimkan SMS untuk meminta nasihat kepadaku, terus terang aku meminta, berlakulah adil kepada saudaramu ini. Bahwa sebenarnya saat ini aku yang jauh lebih memerlukan masukan, agar aku mendapatkan suntikan energi, arah dan motivasi yang lebih segar. Bukankah demikian perintah yang berbunyi dalam Surah Al Ashr, bahwa orang beriman hendaknya saling menasihati. Artinya, jika anda sudah sering mendapatkan nasihat dari saudara anda selama ini, adillah kepadanya dengan memberikan nasihat kepadanya. Tentu saja, ini bukan sekedar latihan bahwa kelak di akhirat mulut ini akan terkunci. Wallahu a’lam bishshowaab (Bayu Gautama)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Go Blogger Indonesia

Go Blogger Indonesia
Go Blogger Indonesia

Popular Posts

 

http://www.jhoeydhyn.blogspot.com | |