Judul
Asli : Haqiqatuth Tashawwuf wa Mauqifush
Shufiyyah min Ushulil
Ibadah wad Diin
Edisi Indonesia : HAKIKAT TASAWWUF
Penulis : Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan
Penerbit :
Daarul 'Ashimah , Riyadh , Saudi Arabia.
Alih Bahasa : Muhammad 'Ali Ismah
Penerbit :
Pustaka As-Salaf , Gumpang RT 02/03 N0. 559 Kertasura Solo
57169
Cetakan I : Rabi'ul Tsani 1419 H / Agustus 1998 M
Kita
sudah tidak asing lagi dengan kata sebutan "Tasawwuf". Saat
ini
banyak orang terjun ke dunia
tasawwuf. Mereka mengira bahwa dengan tasawwuf
akan membawa
kebaikan bagi kehidupannya.
Kenapa mereka lari
(masuk)
keajaran tasawwuf ?? Hal ini tidak lain , disebabkan
oleh KEBODOHAN mereka
terhadap ilmu
dan ajaran atau
syariat Islam. Mereka tidak merasa bahwa
dirinya terancam oleh ajaran yang
menyesatkan dan bid'ah.
Mereka
hanya percaya kepada
"sang syaikhnya" yang dianggap sebagai
wali Allah.
Padahal syaikh itu
merupakan 'jelmaan iblis' yang berupa
manusia .
Iblis ini memberi syubhat (kesamaran) dan perangkap kepada umat
ini tentang Syariat Dinul Islam. Kemudian mereka
hanya mengikuti kemanapun
dan apa yang dilakukan syaikh itu (taklid) ,
meskipun mereka melihat bahwa
itu merupakan penyimpangan
terhadap syariat ini.
Buku
ini mengulas tentang
kesalahan dan kerancuan
pada ajaran
tasawwuf khususnya
pada masalah ibadah
. Buku kecil ini baik sebagai
pengetahuan bagi kita yang ingin
tahu tentang kesesatan ajaran tasawwuf dan
yang perlu diingat bahwa yasawwuf
itu bukan merupakan ajaran dari Islam.
(sampul halaman belakang)
Secara ringkas gambaran tentang isi buku
ini meliputi 4 point :
1.Muqaddimah : uraian tentang
ibadah yang dengannya kemuliaan ,
kehormatan dan
kebahagia-an jin dan manusia di dunia dan akhirat. Dan
ibadah adalah hak
Allah atas hamba-Nya , yang merupakan kebutuhan para
hamba , sedang para
hamba tidak mungkin mengetahui cara ibadah yang benar
kecuali apa yang
dicontohkan Rasul kepada mereka dan kitab-kitabNya yang
menerangkan hakikat
ibadah itu.
2.Definisi (batasan) ibadah yang
benar : Tauqifiyyah ; ikhlas ;
mencontoh Rasulullah
Shalallahu alaihi wa sallam ; dibatasi ukuran waktu,
bilangan ; didasari
oleh mahabbah (cinta) , merendah , takut , berharap
kepada Allah ; beban
ibadah dari mukallaf semenjak baligh hingga wafatnya.
3.Hakikat tasawwuf : Uraian
tentang asal usul baik nama istilah maupun
penggagasnya
dan hubungannya dengan infiltrasi ajaran Nashrani , Brahmana ,Yahudi , Budha ,
Zaratusta , Platoisme , Paganisme ,
dengan mengambil
perkataan ulama Islam
seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah , dr. Shobir
Tho'imah , Syaikh
Ihsan Ilahi Dhahir , Syaikh Abdurrahman Al Wakil
rahimahumullah.
4.Pendirian sufi terhadap ibadah
dan diin (agama) ini
a.Mereka membatasi
ibadah hanya dengan rasa Mahabbah saja.
b.Tidak merujuk
kepada Al Qur'an dan As Sunnah , digantikan dengan
merujuk pada perasaan , rumusan para
syaikhnya berupa dzikir antah berantah, wirid-wirid bid'ah , bahkan terkadang
dengan mimpi dan hadist-hadist palsu.
c.Membatasi dengan
dzikir khusus yang lebih utama dari Al
Qur'an.
d.Berlebihan
amat sangat terhadap guru dan wali mereka, hingga mendudukkannya melebihi para
Nabi .
e.Bertaqarrub
kepada Allah dengan cara batil seperti : menyanyi,bersiul, tarian,
memukul-mukul gendang & bertepuk
tangan.
f.Anggapan batil
agama sufi bahwa adanya kebebasan lepas dari beban
syariat.
5.Penutup
Demikian buku setebal 40 halaman , yang sebagian besar
mengambil perkataan
Ibnu Taimiyah
dengan Majmu' Fatawa-nya
, juga Ibnul Jauzi dalam Talbis
Iblis dan
ulama yang telah
disebutkan diatas , menyuguhkan kepada kaum
muslimin untuk
waspada agar tidak terpedaya dengan ajaran yang menyusup
dalam Islam
ini walaupun dihiasi
dengan slogan-slogan indah dan juga
dikait-kaitkan dengan Islam.
Akhirnya saya
akhiri uraian singkat
ini dengan pesan dan nasehat ulama
Islam tentang tasawwuf:
IBNU JAUZI
berkata :" TASAWUF
adalah mazhab (golongan)
yang dikenal
melebihi zuhud
. Bukti bahwa
antara ZUHUD dan TASAWUF berbeda adalah ,
yakni ZUHUD tidak dicela oleh
siapapun, sedangkan TASAWUF telah dicela oleh
para ulama," (al Muntaqa an
Nafsis min Talbis Iblis: 214)
Maka cukuplah
kiranya nasihat dari Syaikh Abubakar Jabir al Jazairi :
"
Sesungguhnya , bisa
saja tasawuf itu berasal dari sebagian Islam , tetapi
bisa pula
ia bukan dari ajaran Islam . Apabila tasawuf benar berasal dari
sebagian ajaran
Islam , maka
ISLAM itu sendiri sudah cukup
bagi kita.
Sedangkan bila
tasawuf bukan dari ajaran Islam , maka kita tidak pernah
butuh kepada ajaran seperti
itu."
HAKIKAT TASAWUF
Syaikh Dr. Sholeh bin
Fauzan al Fauzan
==================================================
1.
MUQADDIMAH
Segala puji
milik Allah semata
, Rabb seluruh
alam , yang
telah
menyempurnakan agama ini dan nikmat ini (Islam) untuk kita
dan ridha Islam
menjadi agama kita
dan menyuruh kita untuk berpegang teguh dengannya sampai
mati.
"Wahai orang-orang
yang beriman , bertaqwalah kalian semua kepada Allah
dengan sebenar-benarnya dan
janganlah kalian mati
kecualai kalian
benar-benar sebagai
orang Islam ." (Al Imran :102)
Dan hal
ini njuga diwasiatkan
Ibrahim dan Ya'qub kepada anak keturunan
mereka.
"Dan Ibrahim
telah mewasiatkan ucapan itu
kepada anak-anaknya , demikian
juga Ya'qub.
(Ibrahim berkata) :"Hai
anak-anakku !! Sesungguhnya Allah
telah memilih
agama ini untuk kalian , maka janganlah kalian mati kecuali
dalam keadaan memeluk
agama Islam." (Al Baqarah :132)
Ya Allah , berilah
shalawat , salam dan berkah kepada hamba-Mu dan Rasul-Mu
, yaitu
Nabi kami Muhammad
Shalallahu alaihi wa
sallam serta para
shahabatnya dan
keluarganya. Amma ba'du :
Sesungguhnya Allah telah menciptakan jin dan manusia hanya
untuk beribadah
kepada-Nya ,
sebagaimana firman-Nya :
Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia
kecuali hanya untuk beribadah
kepada-KU."
(Adz- Dzariat :56).
Dalam ibadah
itulah terletak kemulian , kehormatan dan kebahagiaan mereka
di dunia
dan akhirat. Mereka
sangat butuh kepada Rabb mereka dan tidak
mungkin tidak
butuh kepada-Nya walau hanya
sekejab mata. Sedangkan Allah
tidak membutuhkan
mereka dan tidak
pula ibadah mereka
, sebagaimana
firman-Nya :
"Jika kalian
kufur , maka sesungguhnya Allah
tidak butuh kepada kalian."
(Az Zumar :7)
Dan firman-Nya :
"Dan Musa
berkata :"Jika kalian kufur
dan juga orang yang berada di bumi
semuanya, maka
sesungguhnya Allah Maha Cukup dan
Maha Terpuji." (Ibrahim
:8)
Ibadah adalah hak
Allah atas para hamba-Nya. Faidahnya akan kembali kepada
mereka sendiri.
·
Siapa
yang enggan beribadah kepada Allah , maka dia seorang yang SOMBONG.
·
Siapa
yang beribadah kepada Allah , tetapi juga beribadah kepada yang lainnya, maka
dia seorang MUSYRIK.
·
Siapa
yang beribadah kepada Allah saja, akan tetapi dengan cara atau metode yang
tidak disyariatkan Allah, maka dia seorang MUBTADI' (Ahli
·
bid'ah).
·
Siapa
yang beribadah kepada Allah dengan metode yang disyariatkan Allah, maka dia
seorang mukmin yang MUWAHHID (yang bertauhid).
Para hamba
sangat membutuhkan ibadah, sedangkan mereka tidak mungkin bisa
mengetahui secara benar, menurut yang dikehendaki Allah
dan sesuai dengan
din-Nya, Dia
tidak membiarkan mereka mengikuti hawa nafsunya bahkan Dia
mengutus para
Rasul kepada mereka
dan menurunkan kitab-kitabNya
untuk
menerangkan hakikat
ibadat itu, sebagaimana firmanNya :
"Dan sesungguhnya
Kami telah membangkitkan di setiap umat seorang Rasul
(seruan mereka)
: "Beribadahlah kalian
semua kepada Allah dan jauhilah
Thaghut."
(An-Nahl :36).
"dan tidaklah
Kami mengutus seorang
Rasul-pun sebelum-mu kecuali Kami
wahyukan kepadanya
:" Tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Aku (Allah) ,
maka beribadahlah
kepada-KU saja!!". (Al Anbiya :25)
Maka barangsiapa
yang menentang apa
yang diterangkan oleh para Rasul ,
PADAHAL telah
turun bersama Rasul
itu beberapa kitab tentang peribatan
kepada Allah,
tapi ia tetap beribadah kepada Allah dengan
KECENDERUNGAN
perasaannya , hawa nafsunya dan dengan hiasan yang
dilakukan syaithan dari
kalangan jin dan
manusia, maka berarti ia TELAH SESAT dari jalan Allah. Dan
peribadatannya secara
hakikat bukanlah suatu
peribadatan kepada Allah,
tetapi peribadatan
kepada hawa nafsunya :
"Dan siapakah
yang lebih sesat dari pada orang yang mengikuti hawa nafsunya
dengan tidak mendapat
petunjuk dari Allah sedikitpun." (Al Qashshash :50)
Jenis seperti ini SANGAT BANYAK di kalangan manusia
, dan barisan TERDEPAN
adalah orang-orang Nashrani (kristen) dan
orang-orang yang sesat dari umat
ini ,
seperti SUFI. Sehingga
hal ini menjadi jelas perbedaannya , jika
dilihat penjelasan
tentang hakikat ibadah
yang telah Allah syariatkan
melalui lisan Rasul-Nya dengan hakikat ibadah yang
ditempuh oleh para sufi
sekarang.
2.
DEFINISI
IBADAH YANG BENAR
Sesungguhnya ibadah
yang disyariatkan Allah dibangun diatas dasar-dasar dan
asas-asas yang kuat
dan kokoh , ringkasnya sebagai berikut:
PERTAMA
Sesungguhnya ibadah
itu adalah TAUFIQIYYAH (tidak ada tempat bagi rasio /
akal di
dalamnya ~ paket jadi) , bahkan yang berhak membuatnya
hanyalah
Allah saja,
sebagaimana firman-Nya:
"Maka beristiqomahlah engkau , sebagimana yang DIPERINTAHKAN
kepadamu dan
orang yang
bertobat bersamamu dan janganlah engkau melampaui batas." (Hud
;112)
"Dan Kami
jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan
agama ini,
maka IIKUTILAH syariat itu dan janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu orang-orang
yang tidak mengetahui.' (Al Jatsiyah: 18)
Dan Allah berfirman
tentang Nabi-nya :
'Aku tidak lain
hanyalah MENGIKUTI apa yang diwahyukan kepadaku." (Al Ahqaf
:9)
KEDUA
Ibadah itu harus
ikhlas , yaitu bersih dari noda-noda syirik , sebagaimana
firman-Nya :
"Maka barangsiapa
yang mengharapkan untuk bertemu
dengan Rabb-nya , maka
hendaklah dia
beramal dengan amalan yang shalih dan tidak menyekutukan
(melakukan syirik) dengan seorangpun dalam beribadah
kepada Rabb-nya." (Al
Kahfi :110)
Bila ibadah
telah dimasuki oleh
syirik walaupun sedikit saja,
maka ia
(syirik) akan menggugurkan (membatalkan) amalan itu sebagaimana
firman-Nya
:
"Dan janganlah
mereka menyekutukan Allah
, sungguh AKAN HAPUSLAH dari
mereka apa yang
mereka amalkan." (Al An'am :88).
"Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan juga
kepada orang-orang sebelum
kalian;" Jika
engkau menyekutukan Allah
(berbuat syirik) PASTI HILANGLAH
(hapuslah) amalanmu
dan engkau menjadi orang-orang yang merugi." Karena itu
maka hendak;lah Allah
saja yang engkau sembah dan hendaknya engkau termasuk
orang-orang yang
bersyukur." (Az-Zumar :65-66)
KETIGA
Yang menjadi
contoh dan panutan
dalam ibadah itu HARUSLAH Rasulullah
shalallahu alaihi wa
sallam , sebagaimana firman Allah :
"Sungguh telah
ada bagi kalian pada diri Rasuulullah shalallahu alaihi wa
sallam itu SURI
TAULADAN yang baik." (Al Ahzab :21)
"Dan apa yang
dibawa oleh Rasul bagi kalian , maka ambillah ia dan apa yang
dilarang olehnya
kepada kalian , maka tinggalkanlah." (Al Hasyr :7)
Dan Nabi shalallahu
alaihi wa sallam bersabda :
"Siapa yang
mengamalkan suatu amalan yang TIDAK ADA CONTOHNYA (dari) urusan
kami , maka ia
tertolak." (HR. Muslim)
"Barangsiapa yang
membuat perkara yang BARU dalam urusan kami ini (Islam)
yang tidak (ada) asal
darinya , maka ia TERTOLAK." (HR Bukhari dan Muslim)
Contoh dalam shalat ,
haji ;
"Shalatlah kalian
sebagaimana kalian melihat aku shalat."(HR. Bukhari &
Muslim).
"Ambillah oleh
kalian cara manasik haji dariku ."(HR Muslim)
Dan banyak lagi
dalil-dalil tentang masalah ini.
KEEMPAT
Ibadah itu
dibatasi dengan waktu-waktu
, ukuran-ukuran dan tidak boleh
melampauinya ,
seperti shalat . Allah berfirman :
"Sesungguhnya shalat
itu adalah suatu kewajiban yang
ditentukan WAKTUnya
atas orang-orang yang
beriman."(An- Nisa :103).
"(Musim) haji
adalah beberapa BULAN yang dimaklumi." (al Baqarah :197).
Spt puasa :
"(Beberapa hari
yang ditentulkan itu ialah ) Bulan Ramadhan , bulan yang di
dalamnya diturunkan
Al Qur'an sebagai
petunjuk bagi manusia
dan
penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara hak dan
batil). Karena
itu , barang siapa diantara
kalian hadir (dinegeri tempat
tinggalnya) DI
BULAN ITU , maka hendaklah ia
berpuasa di bulan itu." (Al
Baqarah :185)
KELIMA
Ibadah itu harus
didasari oleh rasa MAHABBAH (cinta) , merendah , takut dan
berharap kepada Allah,
sebagaimana firman-Nya :
"Orang-orang yang
mereka seru itu , mereka sendiri mencari jalan kepada
Rabb mereka,
siapa yang lebih
dekat (kepada Allah)
dan mengharapkan
rahmat-Nya dan takut
kepada azab-Nya."(Al Isra':57)
Dan Allah berfirman
tentang keadaan para Nabi-Nya :
"Sesungguhnya mereka
(para Nabi) sangat
bersegera menuju kebaikan dan
mereka menyeru kami
dalam keadaan senang dan takut dan merekalah orng-orang
yang khusyu' kepada
Kami." (Ali Imran :90)
"Katakanlah (wahai
Muhammad):"Jika kalian mencintai Allah maka ikutilah
aku. Allah akan
mengampuni dosa-dosa kalian dan Allah adalah Maha Pengampun
dan Penyayang.
"Katakanlah (wahai Muhammad) :"taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Muhammad shalallahu alaihi wa sallam) , maka
jika kalian berpaling,
maka sesungguhnya
Allah tidak suka kepada orang-orang yang kafir."
(Ali
Imran :31-32).
Disini Allah
menyebutkan tanda-tanda kecintaan
kepada Allah dan
buah-buahnya .
Termasuk tanda-tandanya adalah
mengikuti Rasulullah
shalallahu alaihi
wa sallam. Dan
mengikuti beliau berarti taat kepada
Allah.
Adapun hasil taat
kepada Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam adalah ; ia
mendapatkan kecintaan
, pengampunan dosa dan rahmat dari Allah.
KEENAM
Sesungguhnya ibadah
itu tidak akan berhenti (selesai) dari seorang mukallaf
semenjak baligh dan
berakal sampai akhirnya dia wafat, sebagimana firmanNya
:
"Dan janganlah
kalian semua mati MELAINKAN dalam
keadaan sebagai seorang
muslim." (Ali
Imran :102)
"Dan beribadahlah
engkau kepada Rabbmu sampai engkau mati." (Al Hijr :99).
1.
ISTILAH
DAN SEJARAH
Kata tasawuf
dan sufi tidak
dikenal pada awal Islam. Ia terkenal (ada)
setelah itu
atau masuk ke
dalam Islam dari
umat-umat yang hidup di
belakang hari.
Syaikhul Islam
ibnu Taimiyah rahimahullah
mengatakan dalam Majmu'
Fatawa-nya :"Adapun
kata sufi tidak
dikenal di 3
masa yang utama (shahabat,
tabi'in, tabi'ut tabi'in) dan hanya dikenal setelah masa itu. Hal
ini banyak
dinukil oleh para imam , seperti imam Ahmad bin Hambal ,
Abu
Sulaiman Ad-darani
dll. Diriwayatkan bahwa
Sufyan Ats-Tsuari berbicara
tentang masalah
ini (sufi) , tapi sebagian mereka
mengatakan riwayat tsb
dari Al Hasan Al
Bashri.
Dan Sufi
itu tidak ada
dalam Islam. Ada yang mengatakan
bahwa asalnya
adalah dari
kata Shuuf (bulu domba) dan
inilah yang terkenal di kalangan
banyak orang. Dan
sufi yang pertama muncul adalah dinegeri Basrah.
Orang yang
pertama kali mengadakan gerakan
sufi ini adalah sebagian dari
sahabat Abdul Wahid bin Zaid , ia adalah seorang
sahabat Al Hasan Al Basri.
Ia (Abdul
Wahid) populer di Basrah dengan sifatnya yang keterlaluan dalam
zuhud , ibadah , rasa
takut dll. Tidak ada penduduk kota itu yang spt dia.
Abu Syaikh telah
meriwayatkan dengan sanad-sanadnya dari Muhammad bin Sirin
bahwa telah
sampai berita kepadanya
tentang sebagian kaum yang lebih
mengutamakan pakaian dari bulu domba. Ia berkata :"
Sesungguhnya ada suatu
kaum yang lebih mengutamakan memakai pakaian bulu
domba. Mereka mengatakan
ingin meniru
pakaian Isa bin Maryam, sedangkan bimbingan dari nabi
kita
lebih kita cintai.
Nabi juga memakai pakaian dari katun dll , atau komentar
yang senada dengan
itu.
Kemudian beliau
(Ibn Taimiyah) melanjutkan :" Mereka menisbatkan kepada
pakaian yang
dhahir , yaitu pakaian dari bulu
domba, maka mereka disebut
shuffi....
Akhirnya beliau
(ibn Taimiyah) berkata
:" Maka inilah asal tasawwuf
,
kemudian berkembang
menjadi beraneka ragam dan
bercabang-cabang. [ Majmu
Fatawa : XI: 5-7 ,
16, 17]
Disini diterangkan bahwa tasawuf tumbuh
dinegeri-negeri Islam melalui para
ahli ibadah dari
Basrah sbg hasil dari sikap keterlaluan mereka dalam zuhud
dan ibadah.
kemudian hal itu terus berkembang melalui kitab-kitab orang
belakangan dan
ditanamkan dinegeri-negeri kaum
muslimin melalui
ideologi-ideologi lain seperti HINDU , BUDHA dan kepasturan
Nashrani. Hal
ini sesuai
dengan apa yang dikatakan
Muhammad bin Sirrin yang berkata :"
Sesungguhnya ada
suatu kaum yang lebih
mengutamakan memakai pakaian bulu
domba. Mereka
mengatakan ingin meniru pakaian Isa bin Maryam, sedangkan
bimbingan dari
nabi kita lebih
kita cinta." Jelaslah
bahwa tassawuf
MEMILIKI ikatan
dengan agama Nashrani !!!
Dr. Shobir Tho'imah memberi komentar dalam kitab
As Shufiyah Mu'taqadan wa
maslakan :"Jelas
bahwa tasawuf memiliki
pengaruh dari kehidupan para
pendeta Nashrani , mereka suka memakai pakaian dari
bulu domba dan berdiam
di biara-biara.
dan ini banyak
sekali . Islam memutuskan kebiasaan ini
ketika ia
membebaskan negeri dengan tauhid.
Islam memberikan bekas dengan
jelas thd kehidupan
peribadatan orang-orang dahulu [hal 17]
Syaikh Ihsan
Ilahi Dhahir rahimahullah berkata dalam bukunya At Tashawwuf
al Mansya' wal Mashadir :" Ketika kita
memperhatikan dengan TELITI tentang
ajaran sufi yang pertama dan terakhir (belakangan)
serta pendapat-pendapat
yang dinukil
dan diakui oleh mereka di dalam kitab-kitab sufi baik
yang
lama maupun yang baru, MAKA kita akan melihat
dengan jelas PERBEDAAN YANG
JAUH antara
SUFI dengan al Qur'an dan As Sunnah. Begitu juga kita
tidak
melihat adanya
bibit-bibit sufi di
dalam perjalanan hidup Rasulullah
Shalallahu alaihi
wa sallam dan para shahabat beliau , yang mereka adalah
(sebaik-baik) pilihan Allah dari kalangan mahlukNya
(setelah para Nabi dan
Rasul ,ed)
, tetapi kita
bisa melihat bahwa sufi diambil dari PERCIKAN
kependetaan Nashrani
, Brahmana (HINDU) dan Yahudi serta kezuhudan agama
BUDHA.[ hal 27]
Syaikh Abdurrahman
al Wakil rahimahullah
berkata di dalam
kitabnya
Mashra'ut tashawwuf
:"Sesungguhnya tasawwuf itu
adalah tipuan / makar
paling rendah / hina dan tercela. Setan telah
membuatnya menipu para hamba
Allah dan memerangi Allah Azza wa Jalla dan
rasulNya. Sesungguhnya tasawuf
adalah (sebagai)
TOPENG kaum Majusi agar ia terlihat sebagai seorang yang
Rabbani ,
bahkan juga TOPENG SEMUA MUSUH agama ini (Islam). Bila diteliti
ke dalam akan ditemui di dalamnya (ajaran sufi
itu) Brahmaisme , Budhisme,
Zaratuisme,
Platoisme, Yahudisme, Nashranisme, dan Paganisme " [hal 19]
Dalam kesempatan
ini kita telah
membawakan pendapat-pendapat dari
kitab-kitab sekarang
tentang asalnya sufi dan juga banyak yang tidak kita
sebutkan yang semuanya saling berpendapat seperti ini.
Jelaslah bahwa sufi
adalah ajaran (dari)
LUAR yang MENYUSUP ke dalam Islam. Hal ini tampak dari
kebisaan-kebiasaan yang
dinisbatkan kepadanya (tashawwuf).
Sufi adalah
suatu ajaran yang aneh (asing) di dalam Islam dan
JAUH dari petunjuk Allah
Azza wa Jalla.
Yang dimaksud dengan
kalangan sufi yang belakangan adalah mereka yang sudah
banyak berisi
kebohongan. Adapun yang
terdahulu (dinisbatkan) , mereka
masih netral
seperti Al Fudhail bin Iyadh , Al Junaid , Ibrahim bin Adham
dll.
2. PENDIRIAN SUFI TERHADAP IBADAH DAN
AGAMA INI
Bagi sufi ,
khususnya yang belakangan , mereka memiliki metode TERSENDIRI
tentang agama ini dan
ibadah yang menyelisihi metode para salaf (umat Islam
terdahulu :
Nabi Shallalahu alaihi wa sallam,
shahabat , tabiin , tabiit
tabiin dan yang
mengikuti mereka dengan sebaik-baiknya ikutan). Mereka jauh
dari Al
Qur'an dan As-Sunnah. diantara mereka ada yang membangun agama dan
peribadatan mereka
berdasarkan rumus-rumus dan istilah-istilah yang made in
mereka. Adapun
ringkasnya sebagi berikut :
1. Mereka beribadah kepada Allah HANYA sebatas
RASA MAHABBAH (cinta) saja.
Mereka meremehkan segi lainnya , seperti KHAUF
(takut) dan Roja' (harapan)
, sebagaimana
sebagian mereka yang berkata :
"Saya tidak beribadah kepada Allah untuk
mengharapkan syurga-Nya dan takut
kepada
neraka-Nya"
Memang tidak diragukan lagi bahwa ibadah harus
dibangun diatas dasar cinta
(MAHABBAH) pada
Allah , akan
tetapi ibadah bukan hanya sebatas hal itu
saja, seperti
yang mereka kira, bahkan ibadah
itu memiliki segi-segi dan
jenis SELAIN
mahabbah, seperti KHAUF (rasa takut pada Allah) , AL KHUDHU'
(rasa rendah
dihadapan Allah) dan lain-lain. Ibadah itu sebagimana yang
dikatakan oleh
Syaikhul Islam Ibnu Taiymiyah :"Ibadah itu adalah
sebuah
nama yang
didalamnya terkumpul perkara-perkara yang dicintai Allah dan
diridhai-Nya ,
apakah bentuk ucapan, amalan yang
dhahir atau yang bathin
(AL Ubudiyah :7).
Sebagaimana yang
dikatakan Ibnu Qoyyim
:"Beribadah kepada Allah adalah
dengan rasa
mahabbah yang paling tinggi
kepada-Nya. Bersamaan dengan itu
yang beribadah
harus merasa DZULL
(merasa hina dihadapan Allah) ,
dan
keduanya adalah
2 kutub. Diatas
keduanyalah poros ibadah itu beredar .
Terus beredar hingga
2 kutub itu benar-benar tegak".
Oleh karena itu
sebagian salaf berkata :
·
Barangsiapa
yang beribadah kepada Allah dengan (hanya) rasa mahabbah saja, maka dia adalah
ZINDIQ.
·
Barangsiapa
yang beribadah kepada Allah dengan (hanya) rasa ROJA'(pengharapan) saja , maka
ia adalah MURJI'I (= suatu keyakinan bahwa amal
baik / dosa tidak mempengaruhi keimanan).
·
Barangsiapa
yang beribadah kepada Allah dengan (hanya) rasa KHAUF (rasa takut) saja , maka
ia adalah HARURI (KHAWARIJ= yang mudah mengkafirkan pelaku dosa besar).
·
Barangsiapa
yang beribadah kepada Allah dengan rasa Mahabbah , Khauf dan Roja' , maka ia
adalah MUWAHHID (mukmin yang bertauhid.
Allah menerangkan
bahwa para hamba
dan Rasul-Nya berdo'a kepada
Allah
dengan rasa
takut dan berharap. Mereka
mengharapkan rahmat-Nya dan takut
kepada azab-Nya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata :"dan karena
ini telah didapati dalam salah satu jenis dikalangan orang-orang belakangan ada
yang terus-menerus
MENGAKU menyatakan rasa MAHABBAH , sehingga akhirnya
hal itu (menyebabkan)
mereka keluar
menuju KEBODOHAN dan
pengakuan yang MENGGUGURKAN
peribadatannya."
Lanjut beliau
:" Mayoritas orang
yang menempuh JALAN KESUFIAN , mereka
menempuh beberapa
macam KEBODOHAN terhadap
agama ini ,
yaitu dalam
PENGAKUAN mereka
MENCINTAI ALLAH apa yang
mengakibatkan mereka melanggar
hukum-hukum Allah
atau menyia-nyiakan hak-hak
ALLAH atau akhirnya ia
meneriakkan
slogan-slogan BATIL dan tidak ada hakikatnya"[Al Ubudiyah , 90]
Lanjut beliau :"Dan juga orang-orang yang
mendengar QASHIDAH-QASHIDAH dari
para SYAIKH
mereka yang berisi CERCAAN , RASA CINTA , KERINDUAN, Makian ,
Kritikan dan
CINTA yang MENGGELORA . dan inilah sebenarnya tujuan mereka.
Oleh karena
itu Allah MENURUNKAN
SATU ayat yang bercerita tentang RASA
CINTA sebagai PENGUJI
bagi orang-orang yang mengakui mencintai ALLAH, yaitu
:
"Katakanlah (wahai Muhammad):Jika kalian mencintai Allah
maka IKUTILAH aku
niscaya Allah akan
mencintai kalian .(Ali Imran :31)
Maka tidak
ada yang bisa dikatakan mencintai
Allah dan Rasul-Nya KECUALI
orang yang mengikuti
Rasul-Nya. Taat kepada Rasulullah shalallahu alaihi wa
sallam tidak
akan mungkin terwujud
kecuali dengan merealisasikan
peribadatan. Kebanyakan orang yang mencintai Allah itu
KELUAR dari syariat
Allah dan
Sunnah Rasulullah shalallahu
alaihi wa sallam. Dan akhirnya ia
menyatakan khayalan-khayalan yang
tidak cukup kita
sebutkan disini .
Sehingga ada
orang berangapan bahwa ia sudah BEBAS dari perintah-perintah
Allah , dan yang
HARAM menjadi HALAL baginya."
Lanjut beliau
:" Kebanyakan orang-orang
sesat , yaitu orang-orang yang
mengikuti amalan-amalan
bid'ah seperti zuhud dan beribadah TANPA ILMU dan
cahaya dari
Al Qur'an dan
As Sunnah maka terjerumus
sebagaimana orang
NASHRANI terjerumus.
Diamana dia MENGAKU cinta kepada Allah , padajhal ia
sendiri menentang
syariat Allah dan tidak mau berjihad di jalan-Nya."
Maka jelaslah bahwa
peribadatan hanya sebatas rasa cinta kepada Allah tidak
dinamakan ibadah,
bahkan terkadang dapat
menyeret pelakunya kepada
kesesatan
, yaitu keluar dari agama ini.
2. Sufi secara
umum dalam masalah
agama dan peribadatan tidak merujuk
kepada Al Qur'an dan As Sunnah, akan tetapi mereka merujuk
kepada perasaan
dan apa
yang dirumuskan oleh
guru-guru mereka , yaitu
rumusan-rumusan
bid'ah ,
dzikir-dzikir dan wirid-wirid
yang bid'ah. Kadang-kadang mereka
beragumen dengan cerita-cerita , mimpi-mimpi dan hadist-hadist
palsu untuk
membenarkan pendirian
mereka , sebagai
ganti dari berargumen dengan Al
Qur'an dan As Sunnah.
Diatas dasar inilah para sufi membangun agamanya.
Seperti yang diketahui bahwa suatu ibadah tidak akan
diterima , atau tidak
dianggap benar kecuali bila ibadah itu dibangun diatas
dasar Al Qur'an dan
As Sunnah.
Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah berkata
:"Mereka (para sufi) berpegang pada
masalah agama
yang mereka gunakan untuk
bertaqarrub kepada Allah seperti
cara-cara orang
Nashrani dalam berpegang dengan agama mereka , yakni dengan
kata-kata penuh
kebohongan dan cerita-cerita yang tidak diketahui kejujuran
orang yang
menceritakannya. Kalaupun ia
jujur , ia
tidak ma'sum
(terpelihara dari kesalahan). Maka akibatnya mereka menjadikan
orang-orang
mereka ikuti
panutan) dan para
guru mereka sebagai orang-orang yang
MEMBUAT syariat atau yang membuat (aturan) agama bagi
mereka. Sama seperti
orang-orang Nashrani
yang menjadikan para pendeta mereka sebagai orang yang
membuat syariat bagi
mereka,?."
Karena hal-hal
diatas tadi adalah
dasar-dasarmereka dalam merujuk kepada
masalah diin
dan ibadah mereka, akibatnya mereka tidak mau kembali kepada
Al Qur'an dan As
Sunnah . Dan sebab itulah akhirnya mereka berpecah belah ,
sebagaiman firman-Nya
:
"Dan bahwa
ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah ia dan janganlah
kalian mengikuti
jalan-jalan yang lain, yangb akibatnya kalian bercerai
berai dari
jalan-Nya." (al An'am :153)
Maka jalan
Allah adalah satu
saja, tidak terbagi-bagi
dan tidak ada
perselisihan di
dalamnya. Adapun selain
itu adalah jalan
yang
bercabang-cabang dan
memecah belah orang yang melaluinya dan menjauhkan
dari jalan Allah yang lurus. Hal ini terjadi pada
firqah-firqah (kelompok)
sufi , yang setiap
firqah memiliki thariqah (jalan) sendiri yang khusus dan
berbeda dengan
kelompok yang lain. Disetiap kelompok memiliki syaikh yang
mereka istilahkan
dengan "Syaikh Thariqah" yang
kerjanya membuat
rumusan-rumusan dan manhaj-manhaj (metode) yang bertentangan
dengan manhaj
atau rumusan kelompok
yang lain.
Akhirnya para syaikh tersebut menjauhkan para
pengikutnya dari jalan Allah
yang lurus.
Syaikh thariqat ini memiliki hak perintah mutlak yang tidak
bisa dibantah sedikitpun,
hingga mereka berkata :
"Seorang murid (pengikut) dihadapan syaikhnya IBARAT
MAYAT dihadapan orang
yang
memandikannya."
Bahkan sebagian para syaikh ini mengaku bahwa ia
mendapatkan perintah yang
dia
katakan kepada para muridnya LANGSUNG dari Allah.
3. Termasuk agama para sufi
adalah : mereka melaksanakan dzikir-dzikir dan
wirid-wirid yang dibuat oleh para syaikh mereka dan
mereka hanya membatasi
hanya dengan itu saja. Mereka menganggap membacanya
adalah ibadah , bahkan
kadang-kadang mereka
lebih mengutamakannya dari membaca Al-Qur'an. Mereka
menamakannya dengan
" DZIKIR KHUSUS".
Adapun dzikir-dzikir
di dalam Al
Qur'an dan As Sunnah mereka
namakan
dengan "dzikir
umum". Adapun dzikir khusus
adalah satu kata saja , yaitu
"Allah". Dan
dzikir yang lebih khusus dari itu lagi adalah "HUWA" (=Dia).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata :"Siapa yang
mengira bahwa ucapan Laa
ilaaha illaahu
adalah dzikir umum , dan kata "ALLAH" adalah dzikir khusus
serta kata
:HUWA" adalah dzikir khusus
yang paling khusus, maka ia telah
SESAT dan MENYESATKAN
orang lain. Mereka berdalil dengan firman Allah :
"Katakanlah :"Allah (yang
menurunkannya) , kemudian
biarkan mereka
bermain-main dengan
kesesatannya" (Al- An'am :91).
Ini adalah kesalahan
(mereka) yang fatal sekali , bahkan ini merupakan ini
merupakan
penyimpangan kata dari tempat semestinya , karena kata Allah yang
tersebut di dalam ayat ini adalah sebagai jawaban
terhadap ayat sebelumnya
, yaitu firman-Nya :
"Siapakah yang
menurunkan kitab (Taurat) yang di bawa oleh Musa sebagai
cahaya dan petunjuk
bagi manusia ??..dst (al ?An'am :91) , SAMPAI pada ayat
yang berbunyi
:"Katakanlah :Allah ",
yaitu Allah yang menurunkan KITAB
Taurat yang dibawa oleh Musa.
Maka kata
Allah adalah Mubtada
(kata benda marfu' diawal
kalimat) dan
khabar (kata
benda marfu' setelah
mubtada')nya menunjukkan istifham
,
seperti dalam
ucapanmu ketika ditanya
:"Siapa tetanggamu ?" Jawabnya
:"Zaid",
yaitu Zaid adalah tetanggaku.
Maka kata
Allah atau kata HUWA , bukanlah ucapan yang sempurna. Tidak ada
kaitanyya dengan
iman , kufur, perintah dan larangan. Para salaf umat ini
TIDAK ADA
yang berdzikir dengan kata ini.
Rasulullah shalallhu alaihi wa
sallam juga
tidak mensyariatkannya. Hati juga tidak mengetahui artinya,
apakah itu nafyi (meniadakan yang berhak diibadahi)
atau isbat (menetapkan
yang berhak
diibadahi).
Sebagian para
syaikh sesat berkata :"Aku khawatir kalau aku mati diantara
kata nafyi (=Laa
ilaaha) dan istabat (=Illallah)." Ini tidak bisa dijadikan
sebagai alasan
, karena kalau seseorang mati
dalam keadaan belum selesai
mengucapkan kalimat
Laa Ilaaha Illallah
atau dia mati
ketika masih
mengucapkan kata
Laa Ilaaha , maka hal ini
tergantung keadaan niat orang
tersebut , sebab
amalan itu tergantung niatnya.
Telah diriwayatkan
dengan pasti bahwa Nabi menyuruh untuk menalqinkan orang
yang hampir mati
(bukan yang telah mati) dengan sabdanya :"Siapa yang akhir
ucapannya Laa Ilaaha
Illalah akan masuk syurga." Kalaulah menalqinkan orang
yang hampir
mati dengan kalimat Laa Ilaaha
Illallah adalah dilarang atau
orang tesebut
DIKHAWATIRKAN akan meninggal dalam keadaan tidak baik tentu
Rasulullah tidak
akan mengajarkannya. Akan
tetapi karena Rasulullah
mengajarkannya ,
maka kita hanya patuh (=ittiba')
kepada apa yang beliau
shalallahu alaihi wa sallam ajarkan. Adapun jika orang
itu meninggal dalam
keadaan tidak
sempurna ketika mengucapkannya , maka hal itu tergantung
niatnya.
Maka orang
yang mengatakan :"YA HUWA ,
YA HUWA " atau "HUWA,HUWA" , maka
kata ganti
itu menurut apa
yang dimaksudkan hati. Sedangkan
hati bisa
mendapat hidayah dan
bisa sesat.
Yang mencetuskan
hal ini telah mengarang sebuah kitab yang berjudul
"AL
HUWA ", yaitu
:IBNU ARABI. Sebagian mereka ada yang mengira bahwa ayat yang
berbunyi :
"Dan tidaklah
yang mengetahui takwilnya kecuali Allah." (Ali Imran :7)
Yaitu tidak
ada yang mengetahui
takwil kata ini (=Huwa) melainkan
Huwa
(=Allah). Kaum
muslimin bahkan orang yang masih berakal pun sepakat bahwa
ini adalah
KEBATILAN yang jelas sekali. Dan kadang-kadang ada juga yang
mengira makna ayat ini sama dengan mereka (para sufi)
mengiranya. Sehingga
aku berkata
kepada sebagian orang
yang mengatakan seperti itu, bahwa
kalaulah hal ini
(takwil) adalah seperti yang engkau katakan tentu ayat itu
tidak akan ditulis seperti itu, akan tetapi ditulis
dengan memisahkan kata
huwa dari
takwil,?"
(Risalah
Ubudiyah :117-118).
4.
Orang-orang sufi sangat BERLEBIHAN dalam menghormati para
gurunya dan
walinya.
Berbeda dengan akidah
Ahlus Sunnah wa Jama'ah , karena
akidah
Ahlus Sunnah wal
Jama'ah adalah mencintai para wali Allah dan memusuhi para
musuh Allah,
sebagaimana firman-Nya :
"Sesungguhnya wali
kalian adalah Allah
dan Rasul-Nya dan orang-orang
beriman ,
yang mendirikan shalat
dan memunaikan zakat , seraya
mereka
tunduk kepada
Allah." (Al-Maidah :55)
'Wahai orang-orang
yang beriman , janganlah kalian mengambil musuh-Ku dan
musuh kalian sebagai
teman setia (wali)." (Al Mumtahanah :1)
Para wali Allah adalah orang-orang mukmin yang
bertaqwa, mendirikan shalat
dan memnunaikan zakat serta menundukkan diri
kepada Allah. Wajib bagi kita
mencintai ,
meneladani dan menghormati
mereka. Bukanlah kewalian itu ada
pada individutertentu ,
akan tetapi setiap
orang mukmin yang bertaqwa
adalah wali
Allah. Mereka tidak terlepas dari
dosa dan inilah penjelasan
tentang bagaimana
sikap terhdapa mereka menurut Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
Adapun kewalian
menurut sufi , lain pula. Mereka memberi kewajiban kepada
pribadi-pribadi tertentu
tanpa berdasarkan syariat. Bahkan
kadang mereka
memberikan kewalian
kepada orang yang
tidak diketahui keimanan
dan
ketakwaannya, bahkan
kadang-kadang sebaliknya, yaitu kepada para penyihir
dan orang
yang menghalalkan apa
yang diharamkan Allah.
Dan juga
kadang-kadang mereka
mengutamakan orang yang mengaku sebagai wali Allah
lebih tinggi dari
pada Nabi dan Rasul , sebagaimana sebagian mereka berkata
:
Kedudukan Nabi di
alam barzakh nanti
Di atas para Rasul ,
dibawah para wali.
Mereka berkata :
"Sesungguhnya para
wali (=menurut mereka)
mengambil (ilmu) dari tempat
dimana Malaikat
mengambil wahyu yang disampaikan kepada Muhammad Rasulullah
Shalallahu alaihi
wa sallam."Dan para pengikutnya menganggap mereka (para
wali) adalah 'ISMAH
(terpelihara dari dosa).
Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah rahimahullah berkata :
"Dalam pembahasan
ini kebanyakan orang telah keliru , sebab mereka mengira
seseorang adalah wali Allah. Kemudian ia mengira bahwa
wali Allah diterima
SEMUA ucapannya
(pendapat) mereka, diakui SEMUA perkataannya , diakui SEMUA
apa yang
mereka perbuat, walaupun
hal itu MENENTANG Al Qur'an dan As
Sunnah. Maka
akibatnya mereka menyetujui SEMUA apa yang ada pada diri orang
YANG DISANGKA
sebagai wali tersebut. Dan
akibatnya mereka suka menentang
apa yang dibawa oleh
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam , padahal Allah
wajibkan semua
mahluk untuk membenarkan apa yang
beliau bawa dan menaati
terhdapa apa yang
beliau suruh. Mereka seperti kaum Nashrani yang dikatakan
Allah didalam Al Qur'an :
"Mereka menjadikan
orang-orang alimnya dan para
pendetanya sebagai TUHAN
selain Allah dan juga
mereka mempertuhankan Al-Masih putera Maryam; padahal
mereka hanya
disuruh menyembah Allah. Tidak ada sesembahan selain Dia ,
Maha Suci Dia dari
apa yang mereka sekutukan." (At-taubah :31)
Dalam musnad
imam Ahmad dan Turmudzi juga menshaihikannya dari 'Adi bin
Hatim , ketika ia menanyakan kepada Rasulullah
Shalallahu alaihi wa sallam
tentang tafsir ayat
ini , maka ia berkata :
"Mereka tidak
menyembah para pendeta mereka."
Nabi menjawab
:"Para pendeta menghalalkan
apa yang diharamkan Allah dan
mengharamkan apa yang dihalalkan Allah, maka para
pengikutnya mematuhinya,
inilah yang dinamakan
dengan menyembah kepada para pendeta itu."
Beliau (Ibnu Taimiyah
) melanjutkan :
"Dalam memahami
tentang masalah kewalian
mereka , bahwa yang MENGAKU
SEBAGAI WALI
Allah bisa mengetahui
tentang masalah yang
GHAIB, bisa
melakukan hal
yang luarv biasa,
seperti ia menunjuk seseorang itu akan
mati, bisa
TERBANG di uadara
menuju Mekkah, BERJALAN di atas
air dll.
Sebagian mereka
ber-ISTIGHOSAH kepada wali itu ketika ia sedang tidak ada
(ghaib) atau
setelah ia mati,
kemudian mereka melihatnya datang
untuk
memetuhi hajat
mereka, atau para wali itu bisa memberitahukan tentang SIAPA
yang MENCURI
barang milik seseorang.
Maka bila keadaannya seperti ini
berarti ia BUKANLAH
wali Allah.
Akan tetapi para wali Allah telah sepakat bahwa
seseorang kalau ia terbang
diudara atau
berjalan di atas air , maka tidak boleh tertipu hingga ia
melihat tentang
MUTTABA'AH (mengikuti) kepada Rasul yaitu patuhnya terhadap
apa yang disuruh dan
dilarang Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam.
Karomah-karomah para
wali Allah adalah lebih besar dari perkara-perkara
luar biasa
ini. Sebab terkadang pelakunya bisa wali Allah dan
terkadang
bisa juga
MUSUH Allah, karena
hal luar biasa ini bisa juga muncul dari
orang KAFIR,
MUSYRIK, Ahlul Kitab, Orang-orang munafik, ahlu bid'ah dan
para setan. Maka kita tidak bisa mengatakan bahwa
orang yang memiliki hal
ini adalah wali
Allah.
Akan tetapi (yang benar) wali Allah itu bisa diketahui
keadaan mereka yang
diterangkan Allah
dalam Al Qur'an
dan As Sunnah. Mereka bisa diketahui
dengan cahaya iman
dan Al Qur'an, hakikat iman yang batin dan syariat Islam
yang dhahir.
Permisalan seperti itu dari
perkara-perkara yang disebutkan
tadi (hal luar biasa)
dan yang semisalnya terkadang bisa didapati pula pada
orang yang
tidak (pernah) berwudhu, tidak shalat 5 waktu, memakai pakaian
yang najis, bergaul
dengan anjing-anjing , bertempat tinggal dikamar mandi,
kuburan dan
tempat sampah, baunya yang busuk
, tidak bersuci dengan cara
yang benar menurut
syariat dan tidak bersih."
Kemudian beliau
melanjutkan :
"Maka jika
seseorang itu senang dengan najis dan kotoran serta hal-hal yang
disenangi setan
atau dia bertempat tinggal dikamar mandi, tempat
sampah
yang itu
merupakan kesenangan setan, atau dia suka tinggal di kamar mandi
yang itu
merupakan tempat tinggalnya
syetan, atau ia suka memakan ular ,
kalajengking ,
dan hidung-hidung anjing yang itu
merupakan makanan kotor
dan fasik,
dia minum air kencing dan sebagian yang disenangi setan, atau
ia BERISTIGHOSAH
kepada selain Allah
, berdo'a kepada selain-Nya dan
bersujud dihadapan syaiknya. Dia tidak mengikhlaskan
agama ini untuk Allah
semata atau
suka bergaul dengan
anjing atau api , atau suka tinggal di
tempat-tempat sampah
dan tempat-tempat yang najis, atau suka tinggal di
kuburan lebih-lebih
jika kuburan orang
Kafir Yahudi ,nashrani
dan
musyrikin. Dia
tidak suka mendengarkan
bacaan Al Qur'an . Ia
lebih
mengutamakan mendengar
MUSIK setan dari
pada Kalamullah , maka hal ini
adalah TANDA
bahwa orang tersebut BUKANLAH wali Allah , akan TETAPI
dia
adalah WALI S E T A N
!!!!,?..."
(Majmu' Fatawa
:11/201-216)
Para sufi dalam hal ini tidak berhenti sampai
disini saja, yaitu dalam hal
pemberian gelar
kewalian , akan tetapi mereka melampaui batas dalam hal ini
sampai-sampai mereka
menjadikan para wali memiliki sifat-sifat ketuhanan.
Mereka menganggap
para wali nbisa mengatur alam,
mengetahui hal-hal yang
ghaib, mewajibkan
ISTIGHOSAH (mengadukan kesulitan) kepada mereka dalam
perkara yang tidak
disanggupi kecuali oleh Allah.
Mereka menamakan
para wali itu dengan AGHWASTS, QUTHB dan AUTAD. Mereka
berteriak-teriak ,
memangil-manggil nama gurunya ketika dalam keadaan sulit, sedangkan guru mereka dalam keadaan jauh atau
telah mati. Mereka meminta kapada
para gurunya agar segala urusan mereka diselesaikan dan
kesusahan
mereka diatasi. Mereka memberikan kepada guru-guru
mereka sifat-sifat yang
mengandung pengkultusan ketika mereka masih hidup.
Mereka beribadah kepada
para gurunya
setelah mereka mati. Mereka
membuat bangunan diatas kuburan
gurunya, kemudian
meminta berkah di sana dan
berziarah ke kuburan itu.
Mereka thawaf
dikuburan itu. Mereka
BERTAQARRUB DENGAN BERBAGAI MACAM
NADZAR. Mereka
meneriakkan nama-nama penghuni kubur itu ketika berdoa.
INILAH manhaj sufi
dalam kewalian dan dalam menyikapi para wali.
5. Termasuk
diantara kebatilan agama sufi adalah bertaqarrub kepada Allah
dengan NYANYIAN,
TARIAN , MEMUKUL-MUKUL gendang dan bertepuk tangan. Mereka
menganggap hal ini
IBADAH kepada Allah.
Dr. Shobir
Tha'imah berkata di dalam kitabnya Ash Shufiyyah Mu'taqadan wa
maslakan:
"Tarian sufi pada masa sekarang diadakan ketika
berkumpul berbagai tariqat
untuk memperingati
hari lahir (HAUL)
salah seseorang pembesar mereka.
Disana berkumpul
para pengikutnya untuk mendengarkan not-not musik yang
dibentuk dengan suara yang terkadang terdiri dari 200
para penari pria dan
wanita. Para
pembesarnya duduk sambil
menghisap berbagai macam
cerutu/rokok. Pemimpin
kelompok ini dan
para pengikutnya berdiri untuk
membacakan berbagai
macam KHURAFAT yang disandarkan kepada pemimpinmereka
yang telah dikubur.
Berdasarkan ilmu yang ada pada kita, kita meneliti bahwa
pelaksanaan acara
musik oleh
sebagian tariqat sufi
yang ada sekarang adalah bersandarkan
kepada apa yang
dinamakan dengan KOOR AL-SHALAWATUL
AHADIL MASIHIYYAH.'
Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah menerangkan waktu terjadinya keadaan ini dan
tentang pendirian
para imam terhadap (perkara) dan siapa yang awal mula
mengadakannya :
"?Ketahuilah
sesungguhnya hal itu TIDAK PERNAH terjadi dimasa 3 kurun yang
dimuliakan baik di
HIJAZ, SYAM, YAMAN, MESIR,
MAGHRIB, IRAK dan KHURASAN.
Dan juga tidak dari
kalangan para ulama dan orang-orang zuhud. Mereka tidak
pernah berkumpul
untuk mendengarkan rebana, tepuk tangan , siulan, atau
yang lainnya.
Hal ini
HANYA TERJADI seteleah
akhir-akhir tahun ke-200 Hijriyah. Ketika
para imam melihat ini
mereka MENGINGKARINYA.
Imam Syafi'I
berkata :"Aku tinggal di
Baghdad dan aku menemui disana ada
amalan yang
dilakukan orang-orang zindiq
yang mereka sebut
dengan
"tahlilan".
Mereka menghalangi manusia dari Al Qur'an .'
Yazid bin Harun berkata :"Tidak ada yang
melakukan itu kecuali orang fasiq
, sejak kapan hal itu
berawal?.."
Imam Ahmad
pernah ditanya tentang
hal itu, maka
ia berkata :" Aku
membencinya , itu
bid'ah." Dan ditanyakan kepada beliau :"Apakah Anda mau
duduk bersama
mereka?" Beliau menjawab :"Tidak!".
Demikianlah para Imam
sangat membenci hal itu. Ibrahim bin Adfham tidak mau
menghadiri acara
itu , juga
Fudhail bin Iyadh , Ma''uf Al-Karoni , Abu
Sulaiman Ad-Darani, Ahmad bin Abil Hawari, As-Suris
Saqti dan yang semisal
mereka.
Adapun para
syaikh yang pernah
menghadiri acara itu
pada akhirnya
meninggalkannya dan
mencela para pelakunya,
sebagaimana yang dilakukan
syaikh Abdul Qadir dan Abul Bayan serta lainnya. Dan
juga sebagaimana yang
telah disebutkan oleh Imam Syafi'I rahimahullah
bahwa itu adalah perbuatan
para zindiq
, karena acara
ini tidak ada yang menyukai dan mengajaknya
KECUALI ORANG
ZINDIQ , seperti Ibnu Rawandi ,
Al-Farabi , Ibnu Sina, dan
yang lainnya."
Beliau melanjutkan
lagi :"Adapun orang yang hanif (lurus) dan mengikuti
agama Ibrahim Al
Khalil, yang Allah jadikan ia sebagai imam, seorang muslim
yang tidak menerima
agama selain Islam, orang-orang yang mengijkuti syariat
Nabi penutup, Muhammad shalallahu alaihi wa
sallam, maka mereka tidak suka
kepada hal
itu dan tidak mengajak manusia kepadanya. Mereka
adalah para
pengikut Al-Qur'an , iman, hidayah, kebahagiaan ,
cahaya, kemenangan, ilmu
,yakin, ikhlas,
mahabbah, tawakkal, takut dan bertaubat kepada Allah."
Beliau berkata
lagi :" Barangsiapa yang memiliki pengetahuan tentang diin
ini , keadaan hati , pengetahuan tentangnya dan
perasaan-perasaannya, maka
ia akan mengetahui
bahwa mendengarkan lagu-lagu , siulan , tepuk tangan dan
lain-lain, itu tidak memberi manfaat dan kebaikan
terhadap hati. Bahkan di
dalamnya mengandung
bahaya dan kerusakan besar terhadap ruh (hati), seperti
khamar minuman keras
terhadap fisik.
Oleh sebab tu , pelakunya terkena kemabukan yang
lebih parah dari mabuknya
khamar. Ia
akan mendapatkan kelezatan tanpa bisa membeda-bedakan, seperti
yang dialami
para peminum khamar. Dan itu yang mengakibatkan ia terhalang
dari mengingat Allah
dan shalat, itu lebih besar bahayanya daripada khamar.
Dan terjadi
diantara mereka permusuhan yang
lebih besar dibanding dengan
yang ditimbulkan
khamar."
Beliau pernah
berkata lagi :"Adapun
tentang menari , maka
Allah dan
Rasul-Nya tidak pernah memerintahkannya. Dan terlebih
lagi para imam Ahlus
Sunnah wal jama'ah .
Allah berfirman dalam Al Qur'an :
"Dan sederhanakanlah engkau
dalam berjalan dan
lunakkanlah suaramu."
(Luqman :19)
"Dan hamba-hamba
Rabb Yang Maha Penyayang adalah yang berjalan di atas bumi
dengan merendahkan
hati." (Al-Furqan :63)
Yaitu dengan
tenang dan terhormat. Dan ibadah kaum muslimin adalah dengan
ruku' dan sujud.
Akan tetapi
tarian dan duff (gendang) tidak
diperintahkan oleh Allah dan
Rasul-Nya serta para
pendahulu (salaf) umat ini."
Beliau berkata lagi :"Adapun perkataan orang
bahwa ini adalah jaring untuk
merekrut banyak
orang, maka dia
memang jujur, karena kebanyakan mereka
menjadikannnya
sebagai jaring untuk makannya , sebagaimana firman Allah :
"Wahai orang-orang beriman , sesungguhnya kebanyakan
dari para pendeta dan
para rahib,
mereka memakan harta
manusia dengan batil
dan mereka
menghalangi orang
dari jalan Allah." (At-Taubah :34).
Barangsiapa yang melakukannya , maka ia termasuk para
pemimpin kesesatan ,
yang Allah ceritakan
tentang kepemimpinan mereka dengan ayat-Nya :
"Mereka (para
pengikut) berkata :" Ya Tuhan kami
, sesungguhnya kami telah
menaati pemimpin-pemimpin dan
pembesar-pembesar kami, lalu
mereka
menyesatkan kami
dari jalan (yang
benar). Ya Tuhan kami , timpakanlah
kepada mereka
azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang
besar."
(Al-Ahzab :67-68)
Adapun orang-orang
jujur dari kalangan
mereka , mereka menjadikannya
(=ke-tasawwuf-an) sebagai
jaring (alat rekrut) , akan tetapi itu adalah
jaring yang
terkoyak, yang buruan
akan keluar lagi setelah masuk.
Ini
terbukti hari ini.
Sesungguhnya orang-orang yang berkecimpung dalam hal ini
sebenarnya mereka tidaklah berdasarkan syariat yang
disyariatkan Allah dan
Rasul-Nya. Dan
hal itu akhirnya
memberikan dampak negatif
terhadap
mereka,?"
(Majmu' Fatawa 11: 569 ? 574).
Para sufi
yang bertaqarrub kepada Allah melalui sarana musik dan nyanyian
adalah oknum-oknum
yang dikatakan Allah :
"(Yaitu) orang-orang
yang menjadikan agama mereka sebagai senda gurau dan
permainan."
(Al- A'raf :51).
6.
Termasuk dalam kebatilan sufi adalah ; mereka menganggap
adanya suatu
hal yang
dinamakan merdeka (~bebas ? lepas) dari beban syariat, sebagai
hasil dari
evolusi ke-Tasawwuf-annya. Padahal
awal tasawwuf adalah
sebagaimana yang
dikatakan oleh Ibnul Jauzi :" Mendidik jiwa , berusaha
merubah tabiat
dengan membuang ahlak-ahlak yang buruk dan menggiringnya
(membawanya) kepada
ahlak yang indah , yaitu dengan zuhud, murah hati ,
sabar, ikhlas, dan
jujur."
Berliau berkata
lagi :"Sebenarnya mereka
pada awalnya seperti ini , akan
tetapi kemudian Iblis
memberi pengkaburan kepada mereka dalam berbagai segi, kemudian dia juga
melakukan hal yang serupa terhadap generasi selanjutnya. Setiap
berlalu kurun yang pertama semakin bertambah ketamakannya (dalam
menggoda /
membuat pengkaburan pada manusia) dikurun yang berikutnya. Dan
Iblis semakin kuat
mencengkeram mereka.
Langkah yang
pertama kali ditempuh
oleh Iblis untuk mengkelabui mereka
adalah dengan cara menjauhkan mereka dari ilmu dan
memberi gambaran kepada
mereka bahwa
tujuan ilmu adalah amal. Setelah cahaya ilmu yang ada
pada
mereka redup
dan padam, maka
akibatnya merangkak dan meraba-raba dalam
kegelapan.
Diantara mereka
ada yang diberi kerancuan oleh Iblis bahwa tujuan
akhir
sufi adalah
meninggalkan dunia secara mutlak, maka akibatnya mereka menolak
apa-apa yang bisa
menyamakan harta dengan kalajengking , atau yang lainnya.
Mereka tidak sadar
harta itu diciptakan adalah untuk kebaikan.
Mereka melampaui
batas dalam mendidik
diri mereka, sehingga diantara
mereka ada yang sampai tidak mau berbaring . Tujuan
mereka sebenarnya baik, yaitu mendidik
diri, akan tetapi jalan yang
mereka tempuh keliru. Itu tidak
lain karena minimnya bekal ilmu
yang ada pada mereka. Sampai-samapi
karena sedikitnya
ilmu pada mereka , di kalangan
mereka ada yang beramal
berdasarkan
hadist-hadist palsu dan mereka tidak menyadarinya.
Kemudian datang
kepada mereka sebuah
kelompok yang mengajak
bermiskin-miskin ,
berlapar-lapar dan memberikan hati mereka kepada was-was
setan, seperti
Al-Harits Al-Muhasibi.
Kelompok yang
lain membimbing mereka menuju mazhab sufi dengan beberapa
sifat dan
membedakannya dengan sifat-sifat
tersebut, yaitu dengan
berpakaian lusuh ,
menyanyi ,menari , bertepuk tangan dll.
Hal ini
terus berlanjut . Para guru memberikan beberapa hal yang
mereka
jadikan sebagai
prinsip. Akhirnya mereka semakin jauh dari para ulama dan
mereka berpendapat
bahwa yang ada pada mereka adalah ilmu batin. Mereka
menjadikan ilmu
syariat sebagai ilmu dzahir. Dan
mereka dengan ilmu yang
mereka anggap
sebagai ilmu batin
itu keluar bersama kelaparan menuju
khayalan-khayalan rusak.
Dan mereka menyatakan
bahwa itu adalah suatu
kerinduan kepada
Allah. Kadang-kadang mereka
mengkhayalkan bahwa Allah
adalah sosok
pribadi yang indah.
Mereka berada
di antara PERSIMPANGAN
jalan, yaitu KEKUFURAN
dan
KEBID'AHAN. Kemudian
mereka terpecah menjadi beberapa kelompok dan menempuh
jalan
sendiri-sendiri, maka semakin bertambah rusak akidah mereka.
Diantara mereka ada yang menyatakan pendapat HULUL
(=pemahaman bahwa Allah
menitis ?
masuk kedalam mahluk
atau benda). Diantara mereka ada yang
menyatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang bisa
bersatu dengan Allah.
Dan Iblis
senantiasa menggiring mereka
kepada bid'ah , sehingga mereka
menjadikannya sebagai
suatu yang biasa." (Talbis Iblis : 157 ?158)
Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah pernah ditanya tentang suatu kaum yang terus
menerus mengadakan Riyadhah (melatih diri dengan
amalan-amalan yang dibuat
sendiri) ,
sampai mereka mengira
bahwa mereka sudah mencapai tingkat
hakikat.
Kemudian mereka
berkata :"Kami sekarang
tidak peduli terhadap apa yang
telah kami
ketahui , karena
perintah-perintah dan larangan-larangan
HANYALAH peraturan
bagi orang awam saja" , sedangkan kalau mereka
telah
mencapai ke
tingkat hakikat , secara otomatis beban syariat akan terlepas
dari mereka.
Dan hasil kenubuwahan
kembali kepada hikmah dan maslahat.
Sebenarnya tujuan kenubuwahan adalah untuk MENGATUR
orang yang masih awam,
sedangkan kami
bukan orang awam lagi , kami
termasuk (keluar dari) ruang
taklif (=pembebanan)
, karena kami
telah sampai ke tingkat hakikat dan
mengetahui
hikmah."
Maka beliau
menjawab :"Tidak diragukan lagi bahwa di kalangan para 'ulama
dan imam
, ucapan ini adalah sebuah
KEKUFURAN besar. Dan ini lebih jahat
dari ucapan Yahudi dan Nashrani . Yahudi dan
Nashrani masih beriman dengan
sebagian kitab
dan kufur terhadap
sebagian yang lainnya. Mereka adalah
orang yang
benar-benar telah kafir,
padahal mereka mengakui bahwa Alah
memeiliki hak
memerintah , melarang, memberi janji dan ancaman. Dan itu
terus melekat pada mereka sampai mati. Ini jika
mereka (Yahudi & Nashrani)
benar-benar berpegang dengan keyakinan Yahudi dan
Nashrani yang sebenarnya
telah dihapus.
Adapun jika mereka dari kalangan
orang-orang munafiq dari
umat mereka,
sebagaimana hal itu adalah suatu yang umum di kalngan para
ahli ilmu
kalam dan filsafatmereka, maka
mereka lebih jahat dari kaum
munafiq umat
ini, yang mana
menampakkan kekufuran dan menyembunyikan
kemunafikan. Oleh
karena itu mereka lebih jahat dari orang yang menampakkan
keimanan dan
menyembunyikan kemunafikannya.
Yang dimaksud disini
adalah ; orang yang berpegang dengan hukum yang telah
dihapus lebih baik dari orang yang menganggap diri
mereka telah bebas dari
larangan dan
perintah secara mutlak
. Mereka dengan keadaan ini telah
keluar dari
seluruh kitab-kitab,
syariat-syariat dan semua agama. Mereka
tidak menyatakan
Allah itu memiliki
hak untuk memerintah dan melarang
mereka sama sekali.
Bahkan mereka
lebih jahat dari kaum musyrikin Arab yang masih berpegang
dengan sisa-sisa
agama Ibrahim alaihis
salam, karena pada mereka ada
sejenis kebenaran
yang masih tetap dipegang, walau mereka dianggap musyrik.
Akan tetapi
mereka (orang-orang sufi yang sudah
merasa pada tingkat
hakekat) ini
malah menyatakan bahwa mereka bebas dari kewajiban , tidak
diperintah dan
dilarang. Mereka berhujjah dengan ayat :
"Dan sembahlah
Rabbmu samapai datang padamu YAKIN (kematian)." (Al
Hijr
:99).
Mereka menyatakan
bahwa maknanya :"Sembahlah Rabbmu sampai engkau mendapat
ilmu dan ma'rifat.
Jika engkau telah mendapatkannya maka terlepaslah engkau
dari kewajiban
untuk beribadah." Di
antara mereka ada yang menafsirkan
:"Beramal-lah sehingga engkau seperti itu , kalau engkau
telah sampai pada
keadaan SUFI
SEJATI , akan
GUGURLAH darimu kewajiban untuk
beribadah.
Diantara mereka
ada yang beranggapan bahwa apabila seseorang telah sampai
pada tujuannya yaitu (tingkat) ma'rifat dan
hakikat segala kewajiban boleh
ia langgar segala
yang haram dan boleh dilakukan."
Ini kufur
sebagaimana yang telah lewat.
Adapun jika mereka beragumentasi
dengan ayat Al Hijr
:99 , sebenar-benarnya adalah bantahan terhadap mereka
itu sendiri, bukan
mendukung mereka.
Al Hasan
Al Bashri berkata :"Sesungguhnya Allah tidak
menjadikan amalan
kaum mukminin
berhenti selain dengan
mati." Kemudian beliau membaca ayat
ini (= Al Hijar :99).
Dan yang
dimaksudkan dengan yaqin
dalam ayat (Al Hijr :99) ini
adalah
kematian dan
waktu sesudahnya !!! Dan ini
menurut kesepakatan ulama kaum
muslimin . Itu sama
dengan ayat :
"Apakah yang
memasukkan kalian ke dalam
(neraka) saqar?" mereka menjawab
:"Kami dahulu
tidak termasuk orang-orang
yang mengerjakan shalat, dan
ajaklah kami
tidak (pula) memberi
makan orang miskin, dan adalah
kami
membicarakanyang batil,
bersama dengan orang
yang membicarakannya, dan
adalah kami
mendustakan hari pembalasan , hingga datang kepada kami YAKIN
(kematian)." (Al
Muddatstsir : 42-47).
Ini diucapkan ketika mereka berada di dalam
Jahannam. Mereka mengkhabarkan
bahwa mereka dulunya
meninggalkan shalat, zakat dan mendustai hari akhirat,
sampai datang
kepada mereka yakin (kematian).
Dari sini diketahui bahwa
mereka tidak beriman dengan hal-hal itu didunia. Dan
mereka tidak termasuk
bersama orang yang
dikatakan Allah dalam firman-Nya :
"Dan dengan hari
akhirat mereka yakin." (Al Baqarah :4)..
(Majmu' Fatawa : 11:
401-402 , 417-418)
Ayat ini menunjukkan tentang kewajiban ibadah atas
seorang hamba sejak ia
mulai baligh , taklif
dan berakal , sampai ia mati. Dan tidak ada kebebasan
dari
ibadah sebelum mati , sebagaimana yang dikatakan oleh para sufi.
5. PENUTUP
Inilah agama
sufi , baik
yang dahulu maupun yang sekarang . Dan inilah
pendirian mereka terhadap ibadah. Kita hanya menukil
sedikit dari apa yang
terkandung dalam
kitab-kitab mereka dan kitab-kitab para pendahulu mereka
serta yang
ditunjukan oleh kebiasaan
mereka yang sekarang. Saya tidak
mengambil kecuali
satu segi dari berbagai segi lainnya, yaitu dari segi
pendirian mereka
terhadap ibadah. Dan
masih banyak segi lainnya yang
membutuhkan beberapa
kali seminar ,
seperti tentang pendirian mereka
tentang tauhid ,
risalah , syariat , qadar dan lain-lain.
Saya memohon
kepada Allah agar menampakkan kepada kita kebenaran adalah
kebanaran dan
memberi kita kekuatan
untuk mengikutinya. Dan
agar
menampakkan kebathilan
adalah kebathilan serta memberikan kekuatan kepada
kita untuk
menjauhinya, dan agar
Dia tidak menyimpangkan (menyesatkan)
hati-hati kita setelah diberi petunjuk oleh-Nya. Semoga
sholawat dan salam
tercurah atas
nabi kita ,
Muhammad Shalallahu alaihi
wa sallam ,
keluarganya
dan para shahabatnya . Amiin.
* Mohon
maaf bila terdapat kesalahan penulisan dalam penyaduran ini