Boyolali (Soloraya Online)
– Kendati diguyur hujan seharian, sebanyak 1.244 pemilih
berbondong-bondong mengikuti pelaksanaan Pilkades pertama dengan sistem
e-voting yang digelar di Desa Kebon Gulo, Musuk, Selasa (5/2/2013).
Pesta demokrasi tersebut dimenangkan
Warsono, incumbent kades setempat. Dia mampu meraih 991 suara. Dua suara
memilih kotak kosong. Kegiatan tersebut juga mendapat respon langsung
Bupati Boyolali, Seno Samodro dan jajaran Muspida.
Salah satu warga, Nuryanti mengaku tidak
kesulitan menggunakan hak pilih. Justru sistem e- voting dinilai lebih
praktis. Hanya memang yang berusia lanjut membutuhkan bimbingan dari
petugas yang disiapkan di lokasi pemungutan suara.
“Sebenarnya sudah pernah ada
sosialisasi, namun karena usia lanjut ya banyak yang bingung. Beruntung
ada petugas yang mengarahkan,” katanya.
Kabag Pemerintahan Desa, Susilo Hartono
menyambut gembira karena pilkades dengan sistem e-voting di Desa Kebon
Gulo, Kecamatan Musuk berjalan lancar. Namun demikian diakui sempat ada
kendala karena pemilih salah memencet tombol di bilik suara.
“Seharusnya yang dipencet adalah gambar
calon di layar komputer. Namun karena tidak paham, justru yang dipencet
adalah tombol power sehingga komputer mati,” katanya.
Kendala lain dialami para pemilih yang
buta huruf. Sebab, mereka tidak bisa membaca perintah ataupun kata- kata
pilihan yang tersaji di layar komputer. Namun, sebagai antisipasi,
panitia sudah menyiapkan petugas untuk membimbing pemilih.
“Mereka dijamin bersikap netral,” katanya.
Totok Eko YP, Camat Musuk mengakui belum 100 persen warga lancar saat e-voting. Kegagapan menurut dia dimaklumi mengingat e-voting ini merupakan perdana secara nasional, khususnya untuk Pilkades.
“Kalau 100 persen tidak gagap jelas
tidak mungkin, tetapi secara umum lancar karena didukung petugas, baik
dari desa, tim kabupaten, serta didampingi dari BPPT (Badan Penelitian
dan Penerapan Teknologi),” jelas dia.
Faisol Baabdullah, Chief Engineer Program e-Pemilu Pusat Teknologi Informasi BPPT menjelaskan, e-voting
ini memiliki akurasi lebih tinggi karena mampu mengeliminir kertas
suara rusak. Meski demikian menurut dia perlu meyakinkan publik bahwa
hasil yang dihitung sesuai dengan jumlah suara yang masuk.
Terkait ini, pengembangan perangkat e-voting harus memperhatikan faktor pengamanan di setiap tahapan, termasuk kemungkinan gangguan peretas (hacker). Terkait ini, pihaknya menegaskan bahwa jaringan yang digunakan merupakan offline dan bukan online, sehingga tidak dapat diretas. (yulianto)
Sumber : Solo Raya